Jumat, 06 November 2009


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2009 / 2010

DISTRIBUSI CURAH HUJAN


Curah hujan yang di perlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu itik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah dan di nyatakan dalam mm. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut :



Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari pada cara aljabar rata-rata. Akan tetapi, penentuan titik pengamatan dan pemilihan ketinggian akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Kerugian yang lain adalah umpamanya untuk menentukan kembali jaringan segitiga jika terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.


Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis-garis isohiet dapat di gambar dengan teliti. Akan tetapi jika titik-titik pengamatan itu banyak dan variasi curah hujan di daerah yang bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta isohiet ini akan dapat kesalahan pribadi (si pembuat). Isohiet yang baik, di perlukan pengetahuan atau keahlian yang cukup.

1. Cara garis potongan antara

Cara ini adalah cara untuk menyederhanakan cara isohiet. Garis-garis potongan ini (biasanya dengan jarak 2-5 km) yang merupakan kotak-kotak di gambar pada peta isohiet. Curah hujan pada titik-titik perpotongan di hitung dari perbandingan jarak titik itu ke garis-garis isohiet terdekat. Harga rata-rata aljabar dari curah hujan di ambil sebagai curah hujan daerah. Ketelitian curah hujan ini agak kurang dari ketelitian isohiet.



Cara ini adalah cocok untuk menentukan curah hujan jangka waktu yang panjang seperti curah hujan bulanan, curah hujan tahunan.


dihubungkan dengan hal-hal ini, telah disusun sebagai rumus-rumus eksperimentil. Satu diantaranya yang sering digunakan di Jepang adalah sebagai berikut :

Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Talbot dalam tahun 1881 dan disebut jenis Talbot. Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dimana tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang diukur .

Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut jenis Sherman. Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam.

Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953.

Rumus ini disebut rumus Mononobe dan merupakan sebuah variasi dari rumus (3.9). Rumus (3.8) sampai (3.10) adalah rumus-rumus intensitas curah hujan untuk curah hujan jangka pendek. Rumus (3.11) digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan data curah hujan harian.

Dalam rumus 1 sampai 4 :

I : intensitas curah hujan (mm/jam)

t : lamanya curah hujan (menit), atau untuk rumus 4 dalam (jam)

a,b, n, m : tetapan

: curah hujan maksimum dalam 24 jam j(mm)

Kurva frekwensi intensitas lamanya (frekwensi I-t adalah diagram persamaan-persamaan tersebut diatas dengan t sebagai absis dan I sebagai ordinat. Kurva ini digunakan untuk perhitungan limpasan (run-off) dengan rumus rasional dan untuk perhitungan debit puncak dengan menggunakan intensitas curah hujan yang sebanding dengan waktu pengaliran curah hujan dari titik paling atas ke titik yang ditinjau di bagian hilir daerah pengaliran itu (waktu tiba = arrival time). Kurva itu menunjukan besarnya kemungkinan terjadinya intensitas curah hujan yang berlaku untuk lamanya curah hujan sembarangan. Jadi untuk perhitungan limpasan (hujan) diperlukan rumus intensitas curah hujan tersendiri sesuai dengan kemungkinan dengan tahun kejadian yang diperhitungkan

2. Cara perhitungan intensitas curah hujan

a) Perhitungan dengan cara kuadrat terkecil atau (least square): Cara ini adalah cara untuk menentukan tetapan-tetapan a, b, dan n dalam rumus-rumus sd(3.8), (3.9), dan (3.10) yang dikemukakan dalam (1) berdasarkan cara kuadrat terkecil dengan menggunakan data curah hujan. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

1) Pertama-tama diambil 8 jenis lamanya curah hujan t (menit), 5, 10, 20, 30, 40, 60, 80 dan 120 menit. Semua curah hujan yang bersangkutan dengan ke delapan hal ini disusun bersama data curah hujan sebuah stasiun pengamatan.

2) Harga-harga tersebut diatas digunakan dalam perhitungan kemungkinan lebih (excess probabillity) dengan cara Iwai dan lain-lain yang dikemukakan dalam 3.2.2. kemudian diadakan perhitungan intensitas curah hujan I (mm/jam) yang bersangkutan dengan ke 8 harga t untuk setiap tahun kemungkinan (probable year).

Dengan menggunakan ke 8 harga t dalam setiap tahun kemungkinan itu, maka diadakan perhitungan tetapan-tetapan dengan cara kuadrat terkecil. Untuk setiap rumus intensitas curah hijan adalah sebagai berikut :



Data Curah Hujan

A. Frekwensi Curah Hujan

Cara perkiraan untuk mendapatkan frekwensi kejadian curah hujan dengan intensitas tertentu yang digunakan dalam perhitungan pengendalian banjir, rancangan drainasi dan lain-lain adalah hanya dengan menggunakan data pengamatan yang lalu. Jika data pada sebuah titik pengamatan itu lebih dari 20 tahun. Maka frekwensi atau perkiraan data hidrologi itu dapat diperoleh dengan cara perhitungan kemungkinan tersebut dibawah ini.

Perhitungan frekwensi ini adalah cara seperti yang digunakan di Amerika Serikat, yakni cara tahun-stasiun (station-year method) yang menjumlahkan banyaknya titik-titik pengamatan dengan banyaknya tahun-tahun pengamatan. Cara ini memperkirakan frekwensi dengan menjumlahkan banyaknya tahun pengamatan pada titik pengamatan dalam daerah itu. Jika terdapat data selama 20 tahun pada setiap 10 titik pengamatan maka dianggap bahwa harga maksimum dari data-data ini mempunyai frekwensi sekali dalam 10 x 20 = 200 tahun, yang kedua (maksimum) sekali dalam 200 x ½ =100 tahun, dan yang ketiga sekali dalam 200 x 1/3 =67 tahun.

Cara ini adalah cara yang paling sederhana, tanpa penyelesaian secara statistik. Menterapan cara ini dapat di adakan untuk daerah yang mempunyai kondisi meteorology yang sama bukan daerah seperti pegunungan.

B. Intensitas Hujan Dan Lama Waktu Hujan

Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan persatuan waktu. Intensitas curah hujan merupakan ukuran jumlah hujan persatua waktu tertentu selama hujan berlangsung.Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan di suatu tempat maka alat penakar hujan yang digunakan harus mampu mencatat besarnya curahnya hujan dan waktu mulai berlangsungnya hujan sampai hujan itu berhenti. Alat penakar hujan yang dapat dimanfaatkan dalam hal ini adalah alat penakar hujan otomatis. Alat penakar hujan standar juga dapat digunakan asal waktu selama hujan tersebut berlangsung diketahui.

Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu di laporkan dalam satuan millimeter per jam. Pada stasiun pengukur cuaca otomatis (Automatic Weather Station) di lengkapi dengan alat penakar hujan yang dapat mencatat data intensitas hujan secara terus menerus. Data intensitas curah hujan tersebut umumnya dalam bentuk tabular atau grafik. Cara lain untuk menentukan besarnya intensitas curah hujan adalah dengan menggunakan teknik interval waktu yang berbeda. Intensitas hujan maksimum misalnya untuk lama waktu 5 menit, dapat dihitung dengan grafik curah hujan yang di hasilkan secara otomatis untuk harian maupun bulanan. Data intensitas hujan biasanya di manfaatkan untuk perhitungan prakiraan besarnya erosi, debit puncak (banjir), perencanaan drainase, dan banngunan air lainnya. Data intensitas hujan (kejadian hujan tunggal) juga dapat di manfaatkan untuk memperkirkan besarnya dampak yang di timbulkan oleh kegiatan perubahan tataguna lahan dalam skala besar terhadap kemungkinan perubahan karateristik hidrolohgi. Para pakar geomorfologi memerlukan data intensitas hujan karena proses pembentuksn tanah dari bahan induk (batuan) berlangsung pada saat terjadinya hujan dengan intensitas tertentu setip tahun.

Lama waktu hujan adalah lama waktu berlangsungnya hujan, dalam hal ini dapat mewakili total curah hujan atau periode hujan yang singkat dari curah hujan yang relative seragam.

Cara praktis untuk menentukan nilai intensitas hujan (i) adalah menggunakan tabulasi data curah hujan untuk daerah penelitian yang terdiri atas lama waktu hujan dan interval waktu hujan. Dalam tabulasi tersebut, intensitas hujan rata-rata di tentukan untuk lama waktu tertentu, misalnya1/5, 1, 3, 6, 12, dan 24 jam.

Hujan umumnya dibedakan menjadi lima tingkatan sesuai dengan intensitasnya :


3. Ukuran butir curah hujan dan kecepatan jatuhnya

Ukuran butir-butir hujan adalah berjenis-jenis. Nama dari butir hujan tergantung dari ukurannya.

Dalam metereologi, butir hujan dengan diameter lebih dari 0,5 mm disebut hujan dan diameter antara 0,50 – 0,1 mm disebut gerimis (drizzle).

Makin besar ukuran butir hujan itu, makin besar kecepatan jatuhnya. Kecepatan yang maksimum adalah kira-kira 9,2 m/detik. Table berikut menunjukan intensitas curah hujan, ukuran-ukuran butir hujan, massa dan kecepatan jatuh butir hujan.



DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chai. 1995. Hidrologi dan Pengelolahan Daerah Aliran Sungai. Yogayakarta. Gajah Mada Universitas Press.

Sosdrodarsono, Suyono. 2006. Hidologi untuk Pengairan. Jakarta : PT. Pradnya Paratama.

Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar Dasar Klimatologi. Jakarta